Aku kembaliiii :D

Assalamu’alaikum..

Aduuh malu nih baru nulis lagi, ternyata tekad menulis kurang bulat..

Kabar baru ibu-ibu, bapak-bapak…alhamdulillah per 1 Januari 2015 kemarin bisa kembali ke haribaan ibu pertiwi di tanah Bandung, kembali kumpul sama keluarga, akhirnya ngumpul sama suami *blush*, ngumpul sama orang-orang Bandung hihiiy..

Sebenernya niatan untuk balik ke Bandung udah lama ada..dari sejak 2009..tapi ya itu..back and forth,,back and forth..tapi akhirnya setelah ditimbang-timbang, dipikir-pikir,,,galau sana, galau sini sampe suami julukin miss galay (galau dan alay -_-), keputusan untuk balik ke Bandung lahir juga…apalagi Bandung sekarang makin kece badai…heuheu asa pengen jadi orang Bandung asli (lagih), pengen ikutan #ReboNyunda #KamisInggris…alhamdulillah kesampaian 🙂

Jadi pengen teriak “Guys, gue #BalikBandung nih!!”

Mungkin banyak orang yang heran dengan keputusan saya ini..ya gimana enggak..kerja udah 6 taun dengan penghasilan yang bisa dibilang lumayan banget untuk lulusan farmasi, bisa jadi ekspertis, dapet kesempatan dinas keluar negeri, ikut berbagai event, dapet kesempatan untuk sharing dan berbagi sama adik-adik kelas, yaa pokoknya udah ada di zona nyaman deh,,

Tapiii…masih ada yang kurang (dasar manusia ga pernah puas!), well saya hanya manusia biasa yang jiwa kemanusiaannya 99.999%..huks..gimana ya, yaa pokoknya masih ada yang kurang, saya merasa seharusnya saya bisa lebih dari ini, bisa lebih bermanfaat, kaya belum ada di track yang seharusnya…trus keingetan juga quote yang saya baca di buku #NotesFromQatar yang bunyinya “There is no growth in a comfort zone,…”. Belum lagi bacaan-bacaan saya isinya rata-rata ngajakin buat #segeraResign dan segera action buat bisnis sendiri,,hihihi :D. Salah satunya yang bikin terprovokkasi tuh bukunya mas Jaya Setiabudi yang judulnya “The Power of Kepepet”..waah sukses bikin saya buletin tekad untuk bikin kondisi kepepet dengan cara resign dari perusahaan yang udah menggaji saya selama 6 tahun (yang belum baca siap-siap kl baca jadi terprovokasi juga :D).

Pagi itu tanggal 3 Desember 2014 saya kirim sms ke ortu dan mertua untuk minta restu (sms aja soalnya lagi jam kerja, gak enak korupsi waktu >.<), kalau sama suami udah dari jauh-jauh hari dapet restunya..alhamdulillah langsung ada balesan dari ortu dan mertua kasih restu untuk resign dan mempersilakan untuk melakukan apa yang saya mau dan sukai. Hehehe sukses minta restu secara sebelumnya udah sounding-sounding juga sih..

Jadi ini beberapa alasan kenapa saya mutusin resign dan buletin tekad untuk mulai bisnis sendiri :

– pengen ngerasain rasanya sukses berbisnis dan bisa menggaji orang

– pengen kasih inspirasi untuk orang banyak, pengen kasih manfaat lebih dengan caraku sendiri

– hasil tes STIFIn bilang kalau saya Intuiting extrovert yang karpet merahnya adalah wiraswasta/entrepreneur

– pengen bisa kerja di waktu yang fleksibel (kl baca-baca tampaknya fleksibel siap sibuk terus..wehehe)

– pengen jadi IRT yang berpenghasilan

– dll…ssst yang lain rahasia ya…

Nah dengan alasan-alasan itu, jadinya ya udah deh #ResignAja..soalnya kalau tetep jadi karyawan tampaknya ada beberapa misi yang ga bisa tercapai…lha kan bisa bisnis sekaligus jadi karyawan?? multistatus karyawan sekaligus wiraswasta sepertinya bukan pilihan untuk orang kaya saya..hehehe..mudah hilang fokus tapi sekalinya fokus ya udah deh bablas,,bisa-bisa nanti ada yang jadi anak tiri..heuheu kasian malah jadi ga ada yang maksimal keduanya..

Eh ternyata udah panjang, ga kerasa ngetiknya…hmm pada intinya cuma mau sharing aja sih, ga ada yang salah dengan jadi karyawan dan ga ada yang salah juga dengan berwirausaha,,,ini hanyalah sebuah pilihan hidup…masing-masing orang punya pertimbangan dan pilihan hidupnya sendiri. Jangan pernah merendahkan orang yang memutuskan jadi karyawan dan jangan pernah pula merendahkan orang-orang yang memutuskan jadi wirausaha (kl eiyke wirausahawati hihihi, ada di EYD ga ya?), toh tujuan kita semua sama kan ya..menuju goal yang sama, hanya jalannya yang berbeda-beda. Karena yang terpenting adalah seberapa besar kita bermanfaat untuk sesama toh dan yang tertinggi derajatnya tetaplah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.

So..sudahkah Anda memutuskan jalan hidup mana yang mau ditempuh?

And the journey begin….

Bismillah…

Bermula dari iseng-iseng tapi cukup serius untuk ikutan tes STIFIn, tes potensi diri dan kepribadian. Kebetulan waktu itu hati sedang galau karena didaulat jadi pengisi acara di sebuah seminar dengan tema ‘menggali potensi diri’ dan agak2 kurang bahan, akhirnya malam selasa pekan lalu nge-bbm kang Itang STIFIn dan langsung nembak “Kang melayani tes STIFIn ga kalau di hari libur?”. Gayung bersambut, kang Itang langsung respon “Bisa teh”. Tanpa banyak ba-bi-bu, langsung nembak “Besok bisa?”. Puncuk dicinta ulam tiba, kebetulan kang Itang besok ada jadwal tes yang lumayan deket dengan rumah, jadilah besoknya kang Itang nongol juga di rumah :D.

Pendek kata, hasil tes menunjukkan kalau saya termasuk tipe “Intuiting extrovert”. Cukup kaget juga, soalnya awalnya ngira termasuk tipe feeling atau thinking dan introvert. Ternyata pengertian extrovert dan introvert disini berbeda dengan pengertian yang selama ini diketahui banyak orang. Kita kan taunya introvert itu tertutup, pemalu, sedangkan extrovert itu terbuka. Well, pengertian itu ada benernya juga, tapi konteks introvert-extrovert yang dimaksud disini berbeda, pengertiannya disini mencakup sumber motivasi kita. Kalau extrovert itu sumber motivasi banyaknya dari luar diri, sedangkan introvert banyaknya dari dalam diri. Dipikir-pikir bener juga, soalnya saya termasuk tipe yang mudah sekali terkena pengaruh orang dan untuk melakukan sesuatu biasanya butuh dorongan dari lingkungan sekitar. Nah, trus kalau tipe intuiting itu tipe orang kreatif, dinamis, mudah bosan (dipikir-pikir ada benernya juga), semakin dicocok-cocokin semakin menyadari kayanya emang bener saya tipe intuiting. Nah trus kenapa kok kayanya sisi kreatif kurang terexplore? Cerita punya cerita, hasil STIFIn ini hanya menentukan 20% saja, yang 80%-nya itu dari lingkungan. Kalau mesin kecerdasan dipadu padan dengan lingkungan yang sesuai akan menghasilkan 100% kesuksesan. Hmm dipikir-pikir (lagi) memang bener tuh klo ditilik-tilik dari sejarah hidup memang lingkungan kurang mendukung jadinya sisi kreativitas kurang terasah. Baiklah demi mewujudkan 100% kesuksesan diri harus mulai mengasah sisi kreativitas. Dimulai dengan…membuat blog :D. Katanya orang dengan tipe Intuiting extrovert itu sangat suka sekali dengan “kata” dan kalau orang dengan tipe ini tidak bisa menulis itu artinya menyia-nyiakan bakat. Siapa tau dari iseng menulis blog, bisa nulis buku dan bukunya bisa menginspirasi orang banyak. (Lagi-lagi) kata kunci tipe Ie itu “Inspire”, aah senangnya kalau bisa menginspirasi banyak orang, sesuai dengan tagline salah satu brand kosmetik di tempat kerja “W*rdah, Inspiring Beauty” *iklan dikit ga papa ya :D.

Sekian dulu untuk pembukaan..semoga dari awalan ini bisa berbuah manis di kemudian hari, bisa seperti kek Jamil Azzaini, bisa seperti Ippho Santosa (sesama tipe intuiting :D) yang menghasilkan karya yang berguna bagi sesama, yang menginspirasi banyak orang, aamiin…aamiin…aamiin…

Btw, tes STIFIn ini recommended loh dibandingin tes lainnya, soalnya tes ini berdasarkan pola sidik jari kita, dan bukan dari kuesioner seperti yang biasanya…info soal tes ini kita bahas di jendela yang lain di kesempatan yang lain ya..inshaa Allah 🙂